Halaman

Minggu, 23 Oktober 2016

Jogja Menantimu

Aku dan kota ini masi tetap disini
Menunggu dan menantimu disini
Berharap kamu datang menyapaku

Aku merindukkan mu dari jarak yang jauh
Dengan imajinasiku sejarak bibir dan hidung
Aku dan kota ini menyimpan rindu untukmu

Disini....
Dikota jogja
Aku  mencoba melawan rasa
Menyimpan berjuta rasa rindu untukmu
Berharap datang berpertualang bersamaku
Memutari kota ini hingga datangnya larut malam

Aku dan kota ini..
Menanti bekas kakimu disini
Untuk mengisi ruang-ruang yang sepi

Jogja menantimu
Datanglah kesini buatlah jejak rindu untuk kamu kenang selamanya


Yogyakarta 23 oktober 2016


Kamis, 20 Oktober 2016

Sepotong Cerita mahasiswa KKN UGM didesaku

Katingting, Popaco, dan Air Tawar

‘Sudah pernah makan popaco?’ tanya dokter Nindya hari itu, ketika aku dan Eli—teman satu subunitku—mengajaknya mengobrol. Kami menggeleng. Namanya saja baru dengar, batin kami.

Kami menatap penasaran.

‘Wah, kalian harus coba makanan yang satu itu. Dibakar, rasanya enak banget. Coba minta buatin sama mama-mama yang disini. Enak lho, kalo ada dokter-dokter datang kesini, dihidangkan itu, mereka pasti pada doyan!’ ujar dokter meyakinkan.

Aku menelan ludah. Duh, jadi ingin. Eh tunggu, namanya apa tadi?





KKN di Halmahera Selatan ini memang menceritakan banyak hal-hal menarik yang belum pernah ku ketahui sebelumnya. Mulai dari budaya, adat, logat, bahasa, bahkan hal seperti makanan. Nah, justru hal-hal ini lah yang membuat KKN ini menarik dan menantang. Membuka mata lagi tentang betapa beragamnya Indonesia ini.

Rupanya yang mengatakan popaco ini enak tidak hanya satu orang. Begitu pula kata mama-mama piara, dan mama tetangga yang kami ajak mengobrol. Menarik kan?  Ternyata popaco adalah keong yang ada di rawa-rawa. Cangkangnya berbentuk kerucut. Cara memasaknya bermacam-macam, bisa dengan direbus, digoreng, bisa juga dibakar, seperti kata dokter.



Siang itu terik. Waktu batal puasa masih lama. Program rutin kami, Pesantren Kilat, baru saja selesai.

‘Kita diajak warga ambil bia nih,’ ujar Wiji—salah satu anggota subunit, tiba-tiba siang itu. ‘Kayaknya kita ngga bisa rapat deh jadinya’

Eli, tiba-tiba tertarik. ‘Eh, eh mau ikut!’ ujarnya. ‘emang berangkatnya pake apa?’

‘ada katingtingnya om udin,’ kata wiji menyebut nama salah seorang warga. ‘nanti kita tinggal nalangin solarnya.’

Aku bergidik. Heh? Ka-ting-ting? Perahu kecil itu? Terbayang olehku berbagai cerita seram ala teman-teman yang sudah pernah naik benda itu sebelumnya. Katanya katingting bergoyang-goyang ke kanan ke kiri, katanya kalau berombak bisa saja terbalik, katanya harus naik menggunakan pelampung….

‘kita juga mau ngambil kelapa muda lho,’ Kata mas hamdy—yang juga salah satu anggota subunit. Kemarin mereka sempat mengambil kelapa muda sebelumnya, dan kami kehabisan karena tidak ikut mengambil di kebun. Padahal, wah, bayangkan betapa segarnya meminum es kelapa muda segar setelah siang penuh panas-panas melaksanakan program.

‘kalau mau ikut, kita berangkat jam tiga ya. Siap-siap!’

Nah, tidak ada lagi kesempatan mengundurkan diri dalam perjalanan ini. Jam tiga hanya tinggal kurang lebih dua puluh menit lagi. Eli juga tampak semangat dengan perjalanan ini.



Katingting sudah terparkir manis di pinggiran rumah om udin. Rumah warga di desa ini sebagian berada di atas laut, dengan bentuk panggung. Katingting biasa dengan leluasa di parkir di samping rumah. Katingting merupakan kendaraan paling umum masyarakat sekitar, mungkin kalau di daratan ibarat motor lah.

Mas Ibra sudah duluan naik dan mempersiapkan katingting. ‘Ayo naik!’ ujarnya bersemangat. Ia tertawa-tawa melihat Eli yang agak tegang. Eli sudah pernah naik katingting sebelumnya, saat belanja menuju Labuha. Dan kelihatannya itu sedikit menyisakan trauma baginya, hahaha.



Mas Sahar naik terlebih dahulu. Katingting dirapatkan ke tepi jembatan  sebelah rumah agar kami, yang perempuan, bisa naik. Kuputuskan untuk turun dari rumah, dan naik ke atas katingting. Katingting tiba-tiba miring ke kanan ketika kupijakkan kaki di atasnya. Kalau kalian baru pertama naik katingting, pastilah khawatir jika bisa saja benda itu tiba-tiba berbalik. Tapi tenang saja, katingting tidak dibuat untuk tenggelam kok, kata salah seorang warga. Kamu hanya perlu sedikit menyesuaikan keseimbangannya. Tidak semengerikan itu kok, rasanya.

Sekarang giliran Eli menaiki katingting. Eli sudah memijakkan satu kakinya di katingting, sedangkan katingtingnya menjauh dari rumah mengikuti arus. Tampaknya sengaja, tidak ada yang berusaha menarik katingting ke arah rumah sehingga Eli tergelincir jatuh ke laut. Sebagian celananya basah, padahal ia tak berniat sama sekali berbasah-basahan. Eli mengomeli anak-anak yang mengisenginya, sembari kami semua tertawa, hahaha.



Katingting melaju ke arah Pulau Mamboat.

Hamparan lautan yang biru ada di sisi kanan dan kiri katingting, kita bisa menjulurkan tangan dan merasakan asinnya air laut langsung. Suara mesin katingting berderu-deru di belakang, menambah seru perjalanan. Nyong, salah satu anak Paisumbaos yang tadinya ngotot ingin ikut akhirnya mendayung sampan berdua dengan temannya, menyusul kami yang mengendarai katingting. Sampan yang tidak menggunakan mesin seperti katingting tentu saja membutuhkan keahlian dan tenaga yang ekstra. Belum lagi sampan lebih rentan terbalik dibanding katingting, kita harus bisa menjamin kita bisa berenang kalau sampannya benar-benar terbalik. Tapi bocah-bocah itu tampak santai dan malah sungguhan mengikuti kami sampai pulau seberang. Luar biasa!





Pulau mamboat sudah terlihat jelas. Pasirnya yang putih kekuningan menjadi tempat bersandar katingting, dan kami berhamburan keluar menuju pulau. Ternyata pantainya tidak seberapa besar. Dibaliknya ada semacam rawa besar beserta kubangan lumpurnya. Om Udin dan Pak Surdi segera menceburkan diri ke dalam kubangan lumpur, diikuti oleh laki-laki lainnya. Aku dan Eli hanya termenung. Masa iya kita harus ikut nyemplung? Masalahnya adalah aku memakai rok dan Eli memakai celana jeans.

‘Ayo, sini ikut nyemplung, nyari bia!’ Mas Sahar mencoba mengompori kami untuk ikut mencari bia. Kami hanya nyengir, meskipun yah, ingin juga sih. Mas Ibra juga ikut mengompori kami : ‘ayo kita sudah dapat banyak bia lho!’. Karena bia biasanya berkumpul pada tempat-tempat tertentu, mereka mencari semakin jauh dari pantai dan kami hanya termenung menunggu. Setelah beberapa kali berpikir, aku dan Eli memutuskan untuk menceburkan diri ke kubangan lumpur juga. Sudah sampai pulau ini, sayang sekali kalau kami tidak ikut mencari bia.

Kami berjalan perlahan-lahan mengikuti rombongan laki-laki yang sudah mulai menghilang dari pandangan. Kami ditugaskan untuk membawa karung kecil berisi kumpulan popaco dan bia. Popaco ternyata di sepanjang rawa. Jika kita melangkahkan kaki, maka kita akan dapat merasakan cangkang-cangkang popaco di bawah kaki kita, di dasar lumpur. Popaco yang diambil pun yang berukuran besar, dan terkumpul dengan banyaak sekali jumlahnya.

Rombongan laki-laki berlarian ke arah tumbangan dahan pohon. Kata Mas Ibra, di daerah tersebut banyak sekali bia-nya. Ternyata benar saja, sedikit saja tangan merogoh-rogoh kubangan lumpur di sekitar dahan, maka kita akan menemukan kumpulan bia. Bia yang didapat kemudian dikumpulkan dalam satu karung kecil yang kami bawa. Kami dengan susah payah dan perlahan-lahan mengikuti mereka. Kadang kubangan yang kami pijak terlalu dalam, sehingga kami hampir terjatuh. Tapi jatuh terduduk juga bukanlah hal yang buruk kok. Kubangan lumpur itu lumayan menyenangkan kok.



Bia sudah banyak terkumpul. Ternyata keseruan kami tidak hanya berhenti samapai disana. Om Udin dengan sigap memanjat pohon kelapa, sambil membawa sebuah parang. Dan tidak sampai hitungan menit, ia sudah ada di atas pohon, kemudian menjatuhkan serombongan kelapa muda. Satu, dua, tiga, dan akhirnya hingga belasan lebih. Nyong dan agus langsung sigap mengambil kelapa tersebut dan mengumpulkannya di tempat yang tauk jauh dari kami. Kami, yang puteri, diminta kembali ke arah pantai untuk mengamankan karung popaco yang sudah cukup penuh. Kami tergopoh-gopoh memilih jalan yang paling mudah dan tidak membuat tergelincir meuju pinggir pantai. Laki-laki menyusul setelahnya, berlarian berlomba siapa yang terlebih dahulu sampai tepi pantai, sambil membawa beberapa kelapa muda di tangan kanan dan kirinya.

Kami yang penuh lumpur langsung berhamburan menceburkan diri ke laut untuk membersihkan diri. Air di tepian pantai langsung berubah keruh kecoklatan karena lumpur. Tidak itu, tetapi popaco dan bia yang sudah didapat juga dicuci kembali, sehingga nantinya dapat langsung diolah.

‘sudah, bersih-bersih dirinya tara usah lama-lama,’ kata Mas Ibra. ‘Nanti saja, bersih-bersihnya sambil mandi air tawar,’



Katingting melaju lagi. Arahnya masih berkebalikan dengan tempat desa. Rupanya di pulau sekitar Mamboat, ada aliran air tawar yang langsung terhubung dengan laut.

Ada perbedaan yang signifikan antara air tawar dan air laut. Air laut cenderung lebih hangat, sedangkan air tawar lebih dingin dan lebih segar. Kami melewati beberapa rawa dan banyak sekali pepohonan di kanan dan kiri sungai. Tapi, warga bilang jangan terlalu berisik, karena daerah tersebut terkenal banyak  buayanya.

Katingting berhenti di tempat yang kira-kira kami bisa jadikan tempat mandi. Tentu saja mandi disini konteksnya hanya menceburkan diri ke sungai, kemudian membersihkan sisa-sisa lumpur yang ada di baju. Karena air tawar rasanya sangat segar, siapapun yang sampai di sungai tersebut pasti merasa ingin sekali berenang. Tinggi airnya pun hanya setinggi pinggang orang dewasa, sehingga aman untuk tempat berlatih renang.

Anak-anak subunit laki-laki sudah duluan merasa ingin berenang dan bersenang-senang. Aku dan Eli mencari tempat lain, dan akhirnya duduk-duduk di katingting sambil menunggu mereka selesai.



Petualangan singkat sore itu meninggalkan rasa senang dan petualangan yang tak tergantikan. Tapi, masih ada hal yang kurang dalam cerita ini. Yap, kita belum merasakan bagaimana rasa popaco sebenarnya.

Kami begitu penasaran dan tidak samar menunggu waktu batal. Kami diantar hingga Desa Bajo, dan kami memastikan mereka bahwa kami akan mampir ke Paisumbaos untuk mencicipi segala hal yang sudah kami ambil tadi. Kami akan mandi secepat kilat dan memastikan kami tidak sedikit pun ketinggalan momen penting saat waktu batal nanti.



Aku dan Eli buru-buru berangkat. Sebentar lagi waktu batal tiba.

Dan benar saja, begitu sampai di rumah mama piara di Paisumbaos, hidangan sudah tertata di meja. Es kelapa muda sudah menanti dengan manisnya, begitu pula dengan bia yang digoreng terpampang di depan mata. Ada pula gurita hasil tangkapan Mas Ibra tadi pagi. Om Udin dan Pak Surdi juga menyempatkan diri menikmati batal bersama di rumah mama piara kami.

Eh, tapi dimana popaconya?

Ternyata, kami datang terlalu sore. Bia dan popaco yang begitu banyak tidak bisa semuanya dimasak dan jadi pada hari itu juga. Bia yang lebih mudah diolah akhirnya diolah terlebih dahulu, itupun hanya digoreng karena keterbatasan waktu. Sebenarnya bisa diolah jadi lebih enak lagi, tapi yah, apa boleh buat. Bia yang sudah dihidangkan terasa lezat dan agak kenyal. Es kelapa mudah yang dihidangkan juga, seperti yang sudah dibayangkan, menghilangkan rasa capek dan dahaga selama perjalanan. Hari itu kami cukup puas dan kenyang, tentu saja.



Begitulah cerita hari itu berakhir. Tapi lucunya, hingga hari terakhir kami di Paisumbaos, kami akhirnya tidak pernah merasakan nikmatnya popaco bakar itu, hahaha. Popaco bakar akhirnya masih menyisakan misteri tersendiri bagi lidah-lidah kami, yang mungkin suatu saat harus dipecahkan

Oleh Miski Nabila Fasya

Aku dan Ceritaku

Namaku Ibra Muhammad Saleh, biasa dipanggil ibra atau ijal..
Saya lahir dari keluarga sederhana, lahir pada tanggal 09 September 1989 di Bacan kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku utara di Ujung Indonesia Timur Bagian Utara,..kalo dipeta itu ada pulau huruf K kecil namanya pulau Halmahera
saya anak Bungsu dari dua bersaudara, nama Kakak saya Muhklis Muhammad Saleh dan nama kedua orang tuaku Muhammad Saleh Djumadil dan Rahia Ahmad. Kami tinggal di Desa Paisumbaos Kecamatan Kepulauan Botang Lomang Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara.. DesaKu Berada di daerah pesisir yang berdekatan dengan ibu kota kabupaten... Perjalanan dari kota ke rumah hanya setengah jam..jangan kaget kalau perjalanannya lewat laut..di desaku alamnya masih alami, pasir yang indah laut yang masih jernih dan sumber daya alampun masih melimpah..



Menurut cerita ibu sama bapak ne..!!.

sejak saya masih dalam kandungan mereka mendambahkan kelahiran seorang anak perempuan..karena anak yang pertama sudah laki-laki jadi anak kedua bila perlu perempuan, biar bisa membantu ibu memasak dan mencuci pakaian..


Waktu saya lahir Allah berkehendak lain, saya lahir sebagai anak laki-laki,  ya..!!  sedikit lucu karena menurut cerita ibu saya setelah saya lahir ceritanya itu saya dibuang dulu alias di taru di pinggir pintu biar ada ibu-ibu yang nemuin..lalu di kase kembali ke ibu saya..

menurut cerita orang tua-tua katanya itu sebagai syarat biar saya sehat dan berumur panjang..


Ketika saya berumur 1-2 tahun saya sering bawa ke kebun tinggal di kebun berminggu-minggu disana, maklumlah anak desa..

Biasanya orang tua kalau gendong anaknya itu pake jarek atau kain  gendongan ini bapak saya lain lagi.. bapak bergantian sama ibuku mengedong saya pakai keranjang yang biasa di gunakan untuk mengendong buah pisang sama singkong.. hahaha lucu sekali bapak sama ibu saya ni... pulang di kampung pun hanya semingggu sekali dan itu cuman sehari... jadi kalau lihat kampung tu rasanya kaya kota besar hahahaha.. waktu tinggal dikebun setiap kali saya mau tidur bapak selalu bercerita dongeng hingga aku sampai ketiduran...di waktu tidur bapak selalu nemanin saya..


Setelah saya berumur 5 tahun saya sudah di biasakan tinggal dirumahnya ibu bungsu/adiknya bapak.. jadi ibu sama bapak itu tinggal di kebun dan baru jenguk saya seminggu sekali... tugas rutin tinggal ibu di bungsu yaitu mengambil air karena dulu belum ada air pam..jadi setiap sore aku sama sepupuku mengambil air di bak penampungan.. saya sama spupuku sering mendapat hukuman dari omku karena sering mandi-mandi di pantai pada saat siang hari sampai sore.. walaupun sering dapat hukuman tapi tetap aja masih membandel.. maklumlah masih kecil jadi suka mandi-mandi di air laut...saking keseringan sampai-sampai rambutpun jadi merah sama badan juga hitam bangat...setiap hari minggu aku sama spupuku ikut omku kebun mengambil pisang.. kalau ikut ke kebun trus pulangnya mandi-mandi di air laut itu nggak di marahin...jadi kami berduapun rajin bangat setiap minggu ikut ke kebun..



Setahun kemdian bapak sama ibu kembali ke kampung dan membuka warung kecil di desa.. seingatku baru pertama kali desa itu bapak sama ibulah yang buka warung disitu... dan alhamdulillah warung sembako bapak sama ibu laris.. ketika itu saya suda mulai ikut-ikutan bersekolah.. karena jaman dulu saya sudah bisa sekolah yang kalau sudah bisa mengangkat tangan kanan dari kepala memegang telinga kiri..hahaha lucukan bayangin aja kalau orang yang tangannya pendek?.. bisa-bisa dia nggak bisa sekolah...dan itu cuman menurut orang tua-tua saja. hehehe..


Pada umur ke 6 tahun baru saya benar-benar masuk sekolah, umur segitu masih di manjain oleh ibu sama bapak...setiap berangkat sekolah bawa jajannya banyak bangat..terus kalau ke sekolah harus di antar hahaha....manja bangat ya...tak cuman itu pertama kali masuk sekolah aku minta bukunya satu pak yang isinya 30 pcs biar kelihatan punya buku lengkap hahahaha..


Setiap pagi ibu sudah siapin sarapanku, pisang goreng sama ikan bakar.. sebelum berangkat ke sekolah saya pake minyak rambut spesialku... namanya Lavender..kalau cari sekarang sudah nggak ada...walaupun sudah dikase jajan sama ibu tetap aja kalau jam istrahat saya nyelonong keluar untuk ambil makanan lagi... saya biasanya mengambil nasi lalu saya gumpal-gumaplin biar bisa di bawa..tak hanya itu ikan goreng juga saya sering taru di saku celana..setibanya saya disekolah teman-temanku saya ajak makan bareng hehehe...lucunya sudah masuk jam belajar kita masih aja makan hahahaa... sampai-sampai gurunya juga menegur..hingga saya sama temanku dapat hukuman berdiri depan kelas..


Pada saat memasuki usiaku yang ke 7 tahun saya mau disunat, karena dulu teman-temanku belum ada yang disunat aku beranikan diri aja biar disunat duluan,, kan akan menjadi sejara waktu kecil dulu sama teman-teman sebaya aku yang di sunat duluan hehehe... jaman dulu kalau di sunat duluan bangga bangat..kalau dibayangin sekarang tu kaya anak kecil di beliin Hp android... saya saat itu bangga karena teman-temanku sekampung cuman saya yang disunat duluan dan dapat uang banyak karena dikase sama om om ku..biasa anak desaku kalau sunatan pasti dikase uang sama keluarga terdekat..jadi kalau sunatan tu kaya rezeky nomplok hahahaha... tetapi tetap aja teman-temanku masih ada yang takut...


Seiring berjalannya waktu ibuku jatuh sakit dan harus di rawat dirumah sakit selama setahun... selama setahun itulah keluarga saya mengahadapi cobaan, yang sangat saya banggakan saat itu adalah Alhamarhum bapakku yang selalu setia menemani ibu..selain itu bapak juga menjadi ibu rumah tangga... bapak selalu setia menemani ibu hingga sembuh...


Setahun sudah ibu melewati sakitnya dirumah sakit dan sekarang sudah sembuh...allhamdulillah ibu sama bapak sangat sabar dalam menghadapi cobaan ini... selama setahun itu juga rumah kami rusak, warung kami tidak jalan lagi, modalnya di pake berobat buat ibu...dan sampai-sampai bapak menjual kebun demi kesembuhan ibuku...


Bapakku bangkit dari cobaan tidak mau menyerah.. karena dia tau cita-citaku sangat tinggi..bapak sama ibu mulai membuka lahan baru dan berkebun.. disanalah rejekipun disambut...


Selama bertahun-tahun berkebun akhirnya membuahkan hasil, bapak punya tabungan buat bangun rumah...

Ketika saya berusia 10 tahun saya sudah nggak di manjakan lagi oleh ibu..  saya sudah harus bisa masak sendiri dan sudah bisa masakin makanan buat keluarga tanpa disuru-suru... ibu mengajari aku bagaimana caranya memasak nasi, membuat sambal, memasak sayur, memasak ikan dan masih banyak lagi... ibu tahu suatu saat saya akan keluar dari rumah dan harus mandiri...
pekerjaan saya saat itu kaya cewek bangat seperti ibu-ibu aja.. kalau di rumah nggak ada ibu saya harus masak masak ... tapi tugas ibu sebagai ibu rumah tangga tetap jalan..ibu cuman mengajari aku bertahan hidup...


Di usia 10 tahun ini juga aku membantu ibu berjualan jajan...
ibu membuat jajan, yang sering ibu buat itu pisang goreng sama kue nagasari.. walapun anak laki-laki tapi hal semacam ini sudah menajadi kebiasaan di temaptku waktu saya masi kecil..setiap pulang sekolah saya sudah siap-siap berjualan keliling kampung..


Waktu itu saya masih ingat bangat.. saya keliling kampung sambil meneriakan...

” pisang goreng-pisang goreng !!.. pisang goreng panas-panas.
 itu menjadi seruan khasku hahahaha...

setiap kali saya berjualan mesti laris hehehe... kalau laris dapat bonus makan pisang gratis plus bonus uang jajan.... ibuku memang pintar masak makannya diturukan ke saya..walaupun saya anak laki-laki soal masak memasak sedikit bisalah hehehe...tak hanya itu jika bapak memacing dan mendapatkan ikan yang lebih untuk di jual saya ikut jualan keliling kampung sambil teriak '' Ikan-ikan' satu ikat 1000 rupiah..


jika di hari minggu saya sering temanin bapak kek kebun,, setelah pulang dari kebun mampir macing sedikit untuk cari ikan buat makan malam.. bapak mengajari saya bagimana cara memancing ikan.. sayapun mencoba untuk memancing... pas menjatuhkan pacingan pertama ke dasar laut saya merasa kok lama bangat umpanku nggak di smbarin ikan.. beberapa menit kemdudian pacinganku ketarik agak keras..dan aku berusaha menariknya..ta kirain itu uda ikan benaran ternyata mata kailnya tersangkut di batu...huuf kecewanya hari itu..

tetapi aku tetap bersemagat untuk memancing terus.. buagan kedua kalinya ternyata umpanku benar-benar di samparin ikan...uuuh tarikannya keras bangat..saya tarik terus..wah dapat juga tu ikan walapun cuman segede tangan... setiap apa yang saya dapatkan bapak selalu memberikan pujian...


Saat itu  saya sedikit nakal.. suka bawel, suka minta uang jajan juga padahal uda dikase pas berangkat sekolah... misalnya saya minta trus nggak di kase sama ibu...saya cari tu di mana ibu nyembuyiin tu uang... biasanya ibuku simpan uang di susunan piring... akal-akalnya itu saya minta dulu tu uang... kalau nggak di kase baru saya ambil.. ambilnya juga nggak semua.. jadi kalau ibu nyimpannya ada seribu saya ambil 250 rupiah.. dulu uang seribu itu kaya uang 20 ribu di jaman sekarang..hahaha aku nakal juga ya... tapi setelah itu ibu juga uda tahu kalau uang itu aku yang ambil... tapi setelah itu uda nggak ngambil-ngambil lagi..


Pada saat saya kelas enam SD saya baru mulai belajar mengaji IQRA Guru saya namanya Hamdan Lutfi Basir.. tapi biasa di panggil om Mas..karena orang jawa jadi sebutan orang sana dengan menambahkan Om jadi Om mas..guru saya ini baik bangat dia mengajari saya berbagai hal...saya baru 3 bulan disitu sudah lulus Iqra dan sudah bisabaca Al-Quran.. selamanya mengaji sama guru ngajiku saya sering tidur dan makan disitu.. tapi kalau setiap ibu kirimin ikan ke rumah saya mesti kase ke guru ngajiku... selama saya disitu saya juga menagajari teman-teman yang lain untuk mengaji Iqra..bahkan ibu bungsu saya juga saya ajak mengaji..dan alhamdulillah sekarang ibu bungsu saya sudah lancar membaca AlQuran....


Sejak saya kecil, saya suka berternak ayam kampung dan itu di ajarin sama bapak..ayam2 saya sampai seratus sekor... jadi pas masuk sekolah di SMP sudah pake uang hasil jualan ternak..
semasa saya berternak ayam teman-temanku suka ngaduin ayam tapi saya nggak ikut2an karena ayam saya ternak merupakan ayam kesangan semua..
setiap pulang sekolah mesti kerjanya cuman kase makan ayam...sampai-sampai tu ayam hafal mukaku hahaha... nggak enaknya tu pas lebaran..jadi kalau lebaran kan  mesti potong ayam... rasanya nggak tega bangat ayamku ta makan...huft sedihnya...tapi bapak tu selalu tanya dulu lebaran tahun ini ayamnya mau di potong nggak...ya saya tetap mengiyakan aja... kan buat kelurga juga..


Ketika saya menginjakan kaki di SMP saya sudah mulai aktif dalam segalah hal terutama di OSIS.. saya pengen peringkat satu tapi mungkin karena otak saya pas-pasan di kelas satu cuman dapt peringkat ke 3..begitu juga kelas dua sampai ke kelas tiga..


Pada saat saya mau naik ke kelas dua SMP waktu itu ada pemilihan ketua OSIS.. saya juga ikut berpartisipasi.. Allhamdulillah saya mendapatkan posisi suara terbanyak kedua..jadi SEKRETARIS OSIS.. berbagai pengalaman yang aku dapatkan di usiaku pada saat di SMP..


Ada hal tantangan terbesar yang saya hadapi saat itu dengan teman-teman kampungku.Sekolah yang kami tempati SMP berada didekat kampungku, alias tetangga desa..dulu kita sekampung tapi karena bermusuhan jadi pisah..


Jika anak mudah tetangga sering tawuran dengan anak mudah di desaku saya dan teman-temanlah yang kena imbasnya... karena saya yang sedikit besar saya melindungi teman-temanku.. setiap ada yang mau pukul temanku saya selalu berada di depan untuk mengedalikan suasana...bukan saya sok jago.. tapi harus memberanikan diri karena kita sekolah disni menutut ilmu bukan untuk tawuran dengan anak muda tetangga desa.. saya juga ngakk segan-segan bawa petong demi melindungi diri dan teman-temanku.. akhirnya anak muda tetangga desa juga pun segan.. semasa saya SMP saya nggak takut sama sekali anak muda tetangga desa sebelah...


Perna kejadian sekali, kebetulan tetangga desa bentrok dengan anak-anak muda desaku.. sebabnya gara-gara mabuk minum minuman keras.. besok paginya saya ke sekolah bersama teman-teman..tadinya mereka takut dan nggak mau sekolah..tapi saya berusaha ngeyakinin dan akhirnya mereka mau..saat kita berangkat sekolah melewati sekumpulan anak-anak muda desa sebelah belumnya ada apa-apa...


Pada saat kita pulang sekolah ada satu oarng pemuda yang memberanikan diri untuk memukul temanku...dan akhirnya aku turun tangan juga... disitu terjadi perkelahian sampai-sampai hidung ku berdarah... beberapa saat kemuadian di amankan sama orang disekitar situ...kami pun pulang..setelah sampai dirumah bapakku langsung kaget... hari itu bapak langsung bawa aku kantor desa sebelah.. disana dia disidang.. kata kepala desanya “ Kasusnya mau diproses ke polisi atau bagaimana saya serahkan orang tua korban”?? akhirnya bapakku minta lewat jalur damai saja...kata bapak “sekali lagi ada anak kampung sini pukul anak saya tanpa sebab saya nggak akan maen-maen-maen untuk melaporkanke polisi...akhirnya pelakunyapun minta ampun dan meminta maaf.. alhmdulillah saya sampai lulus sekolah nggak ada yang berani lagi sama saya dan teman-temanku..


Setelah waktu semakin berlalu saya harus pergi meninggal ibu sama bapak demi mengejar cita-cita dikota...Waktu saya diantar ke kota untuk melanjutkan sekolah di SMA.. waktu itu saya tinggal numpang dirumah orang kebetulan itu dulu teman dekatnya bapak..

Maklum dulu belum ada kos-kosan jadi harus numpang-numpang dikerabat terdekat.,, pesan ibu sama bapak kalau tinggal dirumah orang harus rajin biar bisa disayang sama keluarganya..

Hari pertama datang jam 4 subuh saya sudah bangun untuk bersih-bersih halaman rumah.. setelah membersihkan halaman rumah saya lanjut ke dapur untuk memasak air... setalah itu baru mandi sholat subuh dan berangkat kesekolah...


Habis pulang sekolah, setelah makan saya dan anak perempuan pemilik rumah bersama-sama mencuci piring, setelah tidur siang sorenya mulai lagi membersihkan halaman rumah...tugas kaya gitu rutin aku jalani selama saya dirumah itu...

 Mungkin anak-anak jaman sekarang berat melaksanakan tugas kaya gitu... tapi aku jalani aja.. saya anggap itu kaya rumahku sendiri.. demi cita-citaku saya harus berjuang keras..


Setahun berada di keluarga itu aku di anggap seperti keluarga sendiri.. setiap berangkat kesekolah mesti di kase uang jajan sama si mbah...saya semakin betah dirumah itu...ibu sama bapak datang menjegukkupun jadi senang...


Dirumah tersebut banyak kasih sayang yang saya dapatkan mereka menganggap aku adalah bagian dari keluarga mereka... walapun begitu saya tetap mencuci piring sehabis makan.. dan aku lakuin tugas2 yang lain secara rutin..


Sejak saya menduduki bangku sekolah SMA dikelas satu saya perna ditawarkan untuk ikut paket sama kaka kelas untuk menjadi calon ketua osis.. Sisitem pemilihan yang dipake saat itu sama seperti pemilihan kepala daera.. jadi harus melewati beberapa tes kepimipinan., setelah itu baru lanjut kampanye... dari situ aku belajar bebicara di depan teman secara luas dan akhirnya kami memenangkan pemilhan calon ketua OSIS tersebut.. dan saya sebagai Wakil ketua OSIS..
ya sedikit membantu beban bapak sama ibu karena selama menjabat wakil ketua OSIS saya di gratiskan untuk membayar uang SPP oleh sekolah... buatku suatu prestasi yang luar biasa..


Beberapa bulan kemudian ada seleksi paskibraka Kabupaten sama Provinsi.. saya pun tak mau ketinggalan,, mengandalakan postur tubu yang sedikit tinggi ya,, saya percaya diri aja... saat tes ukuran saya lolos wawancara lolos juga dan yang terakhir tes fisik selama tiga hari alhamdulillah lolos juga...


Ibu sama bapak mendegar kabar ini mereka sanagat senang,, karena nanti pada saat upacara orangtua anggota paskibraka duduk bersampingan dengan bupati dan musipada-muspidanya..


Pada bulan Mei tahun 2006 itu saya sudah mulai rutin mengikuti latihan paskibraka...ya disana banyak suka dukanya.. setelah masuk karatina saya terplih menjadi Danpok atau penyambut bendera..saya senang bangat karena di posisi itu tidaklah mudah untuk sembarangan orang.. hanya orang2 terpilih...


Pada tanggal 16 agustus 2006 ibu sama bapaku di undang di kantor bupati untuk menyaksikan upacara pemukuhan Paskibrakan...
ibu sama bapak bangga bangat..setelah besoknya bapak sama ibu duduk berdekatan dengan bupati seprti pejabat pemerintah... senang sekali melihat senyuman mereka... hari itu ibu sama bapakku bangga bangat karena melihat menyambut dan mengikat benderah merah putih pada tanggal 17 agutus dengan sukses..


Setelah upacara ibuku sama bapak menemuiku di tempat istrahat...mereka terlihat bahagia dan senang... dalam hatiku berkata

 “ terima kasih Ya Allah baru sekali ini aku melihat bapak sama ibu bahagia seperti ini” hari itu bapak sama ibu pun melukku sambil berkata terima kasih sudah memberikan yang terbaik nak...


Setelah beberapa minggu kemaudian saya pulang kampung menjeguk si mbah karena mbahku penasaran melihat cucunya menjadi seorang anggota paskibraka...

Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk memberikan sedikit kebahagaiaan buat keluarga besarku...


Waktupun berlalu begitu indah dengan sedikit meberikan kebahagian bagi orang tuaku .
Saya mulai kembali ke sekolah di sana sahabat-sahabatku sudah banyak yang menanti kedatanganku..
Di SMA ini saya menemukan sahabat yang saya banggakan, selalu susah senang bersama contohnya: Ketika teman sakit saling menjenguk atau ketika teman membutuhkan duit saling memberi..
ketika teman satu bolos saya juga ikut mbolos..hahaha

Ada hal yang menarik dan lucu..
waktu SMA..
Ketika ada penerimaan siswa baru ada satu cewek yang sangat cantik menurut saya.. senyumnya bikin saya semakin penasaran... cewek itu menjadi incaran saya.. berbagai carapun ku lakukan demi mendapatkan dia.. saya sudah bilang keteman2ku kalau cewek itu incaranku...
Kebetulan saat saya itu memegang jabatan ketua kordinasi lapangan MOS..
Jadi sedikit2 saya pangil dia hahaha... terkadang saya pura2 duduk didekatnya... ya cari perhatian dikit...
Lama kelamaan2 saya semakin suka ma dia.. dan akhirnya saya nembak juga... kamipun jadian..
Berjalannya waktu hubungan kita renggang karena ada orang ke tiga dan kami berduapun putus... saya sedikit aneh karena tak trima diputusin karena ada orang ke tiga..
Waktu itu saya seperti orang gila..
Saya ngerokok disekolah.. padahal nggak bisa merokok tapi karena sedikit alay saya ngerokok... huft
Saya ambil tu rokok saya isap pelan seperti orang yang biasannya merokok biar kelihatan maco saya telan tu asapnya kemudian saya keluarkan melalui hidung.. tapi sayang baru sekali dicoba saya
sudah batuk-batuk,,,
akhirnya saya cuman meniup tu rokok sampai habis kebakar...kalau uda habis kebakar kan tinggal sponnya,, nah itu aku isap2 yang rasa manisnya...selama tiga hari aku kaya orang gila minta rokok tapi gak perna diisap  cuman dibakar dan di pegang aja.. ya namanya juga SMA jadi cari gaya...hohoho

Seminggu kemudian saya sudah ngelupain dia.. karena ada info terbaru dari temanku...katanya  ada murid baru yang masuk dikelasku..
Orangnya cakep bangat pindahan dari sekolah negeri yg ada kota provinsi.. kata temanku besok pagi dia uda masuk sekolah...
Besok paginya saya sudah siap2 dari rumah saya pake tu minyak rambut banyak bangat muka juga kliatan mengkilat karena sebagian minyak rambut menetes ke muka..rambut saya berdirikan biar kelihatan keren gitu...saya nggak perduli apa kata orang..

pagi-pagi bangat saya sudah berangkat ke sekolah.. padahal baru setengah 6.. ya namanya juga penasaran...sesampainya disekolah saya mulai tungguin dipintu pagar depan...saya seperti satpan sekolah yang setiap murid datang dilihat dan disapa bahkan mantan yang tadinya nggak perna ta sapa pun saya sapa.. hahaha...
di pikiranku dari tadi kok muka-muka lama trus yang muncul...nggak ada muka baru yang muncul
Saya kebingungan menanti harapan baru biar ada yang mengisi hati yg kosong ini hahaha
semua siswa sudah pada masuk.. dengan yakinnya saya mencoba lagi untuk menunggu walaupun terlambat masuk kelas...
berepa menit kemudian teman-temanku muncul satu persatu dan ketawa keras-keras... saya tanya ada apa kok pada ketawa? ternyata mereka ngerjain saya... murid baru ternyata nggak ada... yaa karena takut ketahuan saya incar murid baru dengan PDnya saya bilang saya adalah teman yg baik jadi saya nungguin kalian walaupun telat masuk kelas... hahaha tapi tetap aja mereka tahu...
ya itulah salah satu niat teman untuk menghiburku...tapi saya senang dengan teman-temanku yang gokil itu...
Masa-masa itu tidak perna ku lupakan.. banyak hal2 yang menyenangkan walaupun itu sebenrnya susa.. ada suka dukanya..

Begitu bejalannya waktu tak terasa 3 tahun sudah ku jalani dan sebentar lagi aku lepaskan seragam abu-abu putih ini untuk melanjutkan jenjang berikutnya...

Ujian SMA sudah terlewati kini teman-teman SMA terpencar mengejar cita2nya masing... aku pun begitu.. aku mendapatkan beasiswa dan masuk di UNY pada 2008 dan lulus pada tahun 2013 Awal..
begitulah sedikit ulasan perjuanganku dulu saat kecil hingga sekarang..

Semoga separu ceritaku ini bisa bermanfaat bagi pembaca.. amin

Penjaga Hati (Perjalanan Separuh Hidupku)

Penjaga hati itulah sebutan nama buat bapaku. Semasa hidupnya banyak tawa dan canda yang ia berikan dikeluargaku, aku juga julukin dia sebagai family hero. Keluargaku sederhana, aku terlahir sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, saudaraku yang pertama juga laki-laki.
Bapakku hidup sebagai seorang petani biasa yang kebutuhan hidup kami mengandalkan hasil tanaman bulanan seperti sayuran, pisang, cabai, tomat,dan tanaman bulanan yang lainnya.

Pada suatu ketika keluargaku diberikan cobaan yaitu ibuku mengalami jatuh sakit maag yang sudah para dan harus masuk rumah sakit, di sana ibuku dirawat berminggu-minggu hingga sampai berbulan-bulan sehingga banyak membutuhkan biaya inap dan perobatan yang sangat besar jumlahnya, pada saat itulah bapakku harus dengan rela dan terpaksa menjual kebun kami yang sudah ditanami tanaman tahunan yang itu mungkin menjamin masa depan kami sebagai anak-anak. Demi ibu bapakku rela mengorbankan semua yang kami miliki.Satu tahun sudah terlewati ibuku menahan rasa sakit yang dideritanya dan pada saat itu juga ibuku harus bertahan di rumah sakit. Selama ibu di rumah sakit bapaklah menggatikan posisi ibu, memasak, mencuci, dan pekerjaan lainnya, disela-sela waktu bapak juga harus mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga kami.Hari demi-demi hari keluargaku menjalani hidup dengan suka duka, sehingga pada suatu hari kabar bahagiapun menghampiri keluargaku dengan atas kuasa Allah ibuku sembuh dari penyakitnya. Setelah ibu sembuh dari sakit yang berkepanjangan bapakku mulai bangkit dan bersemangat lagi, bapak mulai membuka lahan baru diseberang pulau yang tak jauh dari kampung untuk bercocok tanam tanaman bulanan.Pada masa itu sekitar tahun 1998 bapak dan ibu belum memiliki mesin kendaraan laut (perahu katinting) jadi kalau ke kebun masih menggunakan perahu biasa tanpa mesin jadi harus mendayung menyebrangi lautan dengan jarak tempuh sekitar dua jam untuk sampai ke kebun, dikebun itulah bapak dan ibu membangun sebuah gubuk kecil dan nantinya tinggal di sana untuk menjaga hasil tanaman bulanan kami.Kebun kami ini dekat dengan salah satu perusaahaan ikan, sehingga hasil panen tanaman bulanan langsung di jual di sana. Alhamdulillah rejeki bapak dan ibu selalu dilancarkan oleh Allah SWT sehingga bapakku meniatkan membangun rumah yang dulunya telah rusak parah.
Sekitar tahun 2002 bapak mulai membeli bahan-bahan kayu balok sebagai bahan dasar pendirian rumah. Aktivitas bapak mengambil pasir didekat kampung juga sudah mulai dilakukan secara rutin tiap pagi dan sore. Pagi-pagi yang masih gelap gulita pukul tiga pagi sebelum subuh bapak sudah mendayung menuju ke tempat pengambilan pasir, sejam kemudian sudah balik dengan perahu yang dipenuhi karung-karung yang berisi pasir.

Setelah sholat subuh bapak kembali melakukan aktivitasnya yaitu dengan memikul karung-karung yang berisi pasir tersebut dari pantai menuju kerumah, sesekali bapak terlihat sangat lelah tetapi selalu berusaha tegar dihadapan kami. Aku bisa merasakan kalau karung-karung yang berisikan pasir itu sangatlah berat apalagi dalam kondisi basah, bapak juga harus bolak balik mengangkat dan memikul karung itu dengan sendiri. Saat itu aku hanya bisa membantu sesuai tenagaku karena waktu itu aku masih kecil.Setiap pagi gelap gulita bapak dengan rutin megangkat dan memikul karung-karung yang berisikan pasir, aku tak bisa membayangkan itu betapa semangatnya bapak dalam mendirikan rumah.Pada pukul tuju pagi bapak dan ibu sudah harus bersiap-siap lagi untuk ke kebun dengan aktivitasnya mendayung menyebrangi lautan, walaupun arus air laut pagi itu sangat kencang dengan penuh ombak-ombak kecil, tak menghambat semangatnya untuk mendayung, kadang terbawa arus air laut tetapi semangat  juang untuk kami bapak mengerahkan tenaganya untuk melawan arus, angin serta gelombng laut yang selalu mengahadang.Pada sore hari pukul empat belas bapak sudah sedikit demi sedikit mengumpulkan batu untuk persiapan pondasi rumah, ketika pulang dari kebun bapak dan ibu membawa hasil kebun dengan tambahan batu yang memenuhi perahu. Ukuran perahu yang kecil dengan berisi batu dan hasil kebun, terkadang menyulitkan bapak untuk menyebrangi lautan, sedikit saja ombak yang menghantam akan menenggelamkan perahu beserta isinya, bapakku yang begitu berani mempertaruhkan nyawanya demi kelangsungan keluarganya dan masa depan kami sebagai anak-anak.Bertahun-tahun bapak melakukan aktivitas yang sama seperti itu. Seiring berjalannya waktu hingga usiaku bertambah dan aku juga sudah bisa membantu bapak, setiap pulang sekolah aku selalu mengahabiskan waktu bersama bapak, pengen merasakan gimana rasanya bapaku menghadapi arus dan gelombang selama di lautan dan ternyata bukanlah hal yang gampang,  membutuhkan tenaga yang ekstra dan keberanian yang lebih besar untuk menyebrangi lautan dengan perahu kecil yang berisi dua nyawa manusi.
Berepa bulan kemudian bapak ke kota untuk mebeli bahan semen serta bahan bangunan lainya untuk membuat pondasi rumah, setelah semua bahan sudah siap pondasi rumah pun dibangun di atas tanah milik bapak ibu. Setelah dibagun pondasi rumah bapak terlihat bahagia karena sudah ada dasar untuk membangun rumah, bapak semakin semagat lagi mengabil pasir dan batu untuk lanjutan tahap pembagunan berikutnya.Seiring berjalannya waktu rumah pun didirikan, saat itulah bapakku selalu berusaha mengajari aku untuk mencoba membuat/mengecor rumah setiap pulang sekolah. Aku belajar hingga bisa dan alhamdulillah bisa sedikit meringankan beban bapak. Bapakku pernah menceritakan targetnya dalam membangun rumah kami “ Nak insya Allah bapak targetin pada saat kamu lulus SMP dan masuk SMA rumah ini sudah rampung dan sudah dipasang jendela kaca agar besok-besok temanmu datang bisa nginap dirumah kita”Tiga tahun kemudian aku sudah lulus SMP dan sangat luar biasa targetnya bapakku sesuai dengan apa yang perna diceritakan padaku waktu itu.

Bapakku cuman seorang petani biasa, bukan juragan petani dan bukan seorang pegawai PNS, tapi aku bangga karena dalam jangka waktu 4 tahun bisa membangun rumah sendiri tanpa hutang atau kredit. Bapakku punya kemauan yang sangat keras, sehingga apa yang dicita-citakan dapat terwujud dengan baik.Suatu ketika bapak menanyakan cita-citaku, “Nak setelah lulus SMA kamu mau lanjut kuliah atau tes polisikarena aku pengen yang cepat membahagiakan orang tua dan dari dulu memang cita-citaku pengen jadi polisi dan kusampaikan kebapaku “ Aku ingin tes polisi dulu bapak, kalau tidak lulus baru kuliah” mulai saat itu bapak kembali berusaha mencari uang untuk biaya aku ke depan pada saat mengikuti persiapan tes polisi.
Bapak dan ibu jarang di kampung, mereka sering mengahabiskan waktu di kebun, seminggu sekali baru pulang ke kampung. Terkadang aku merasa sedih karena bapak dan ibuku terlihat kurus karena selalu memikirkan masa depanku, mereka mencari uang tanpa memikirkan badannya.

Bapak terlihat kurus, tulang nampak keluar, rambut sudah beruban dan terlihat rontok, wajahnya selalu terseyum dan sesekali diam, ibuku sudah beruban, badannya pun sudah mulai kurus. Mereka jarang memikirkan dirinya karena demi masa depanku bapak dan ibuku menghabiskan masa tuanya dengan kerja keras.
Pernah sekali terlintas dipikiranku untuk tidak lanjut sekolah dan ingin kerja saja, agar bisa meringankan beban mereka. Suatu ketika aku mendegar bapak sama ibu bercerita saat malam sudah mulai larut, mereka menceritakan bagaimana kelangsungan masa depanku, mereka harus  menabung lagi agar aku bisa kuliah atau tes, mereka tidak mau aku berhenti sekolah karena keterbatasan biayaHatiku tersentuh dengan percakapan mereka, air mataku pun menetes, betapa mulianya mereka memikirkan masa depanku dengan penuh semagat dan kemauan yang tinggi, mereka tidak berharap uang atau pun kedudukan, yang mereka impikan aku bisa bahagia dengan masa depanku cerah.
Beberapa tahun kemdian aku pun sudah harus mempersiapkan diriku menghadapi ujian sekolah dan ujian nasional SMA. Aku kembali ke rumah untuk meminta doa restu agar ujianku berajalan dengan baik dan bisa lulus UNAku pun kembali ke desa menuju rumah, di sana cuman sehari dan besok harus ke kota lagi karena tidak ada libur sekolah. Pada saat kembali ke kota bapak ingin mengantarkan aku dengan perahu motor katinting, karena di tempatku adalah daerah kepulauan maka sebagian perjalanan melalui laut.  Pada saat dalam perjalanan menuju ke kota bapakku sering bercerita tentang banyak hal, terutama kisah perjalanan bapak pada saat masih muda dan merantau dan mengililingi pulau halmahera. Bapak punya banyak teman yang bahkan jadi seperti saudara sendiri.

Hari itu bapakku banyak bercerita tentang masa mudahnya yang belum pernah bapak ceritain ke aku dan ternyata hari itu juga adalah kisah cerita terakhir bapak bercerita tentang masa mudanya. Ada banyak nasehat menyetuh hati, tutur katanya yang lembut, dan ada satu senyuman terakhir saat itu.Bapakku terlihat begitu bercahaya, wajahnya terang terang dan ceria kaya ada sesosok malaikat yang mendampinginya, mungkin inilah tanda kalau bapakku akan dipanggil untuk kembali ke sang Khalik. Tidak terasa sudah sampai di kota dan aku pun menjatuhkan kaki ke tanah untuk melangkah melanjutkan perjalanan menuju ke rumah.Dalam perjalanan ke rumah nenek hati ini selalu bertanya-tanya, kenapa hari ini bapak terlihat begitu ceria dan mukanya agak bercahaya, ah aku tetap berpikir positif, mungkin bapak senang karena sebentar lagi aku melanjutkan jenjang studi yang berikutnya.Pada saat sampai di rumah aku teringat dengan beberapa ucapan yang pernah bapak sampaikan, seingatku kalimat terucapkan saat itu " Jikalau aku menjadi seorang polisi atau sarjana maka dia akan menggendongku dari jembatan dermaga hingga sampai rumah terdorong dengan nasehat itu aku pun bertekad untuk menggapai cita-cita itu.
Pada saat aku mengahadapi ujian terakhir, aku bermimpi bahwa bapakku memang benar-benar menggendongku saat menjadi seorang yang berhasil menyelesaikan pendidikan, dan ternyata mimpi itu bertanda lain.
Hari sabtu adalah hari terkahir aku mengikuti UN SMA dan pagi itu aku mendapatkan kabar bahwa bapakku jatuh sakit kritis. Hari itu aku langsung syok karena seminggu yang lalu bapak terlhat masih sehat-sehat saja dan   semasa hidupnya pun aku belum pernah melihat dan mendengar bapak mengeluh sakit.

Muncul perasaan yang mendunga-duga mungkin bapak sering sakit tapi bapak menyembuyikan rasa sakitnya, bapak sering berpura-pura kuat dan sehat dihadapan kami anak-anak, karena takut kami sedih, karena takut merepotkan, mungkin juga bapak tidak ingin anak-anaknya kepikiran.Hari itu aku benar-banar terpukul hatiku hancur dan tak berdaya, rasa bingung dan rasa cemas sudah mulai menyelimuti tubuhku sehingga hari itu pun aku tidak fokus menghadapi ujian.Semua pikiran dan hatiku hanya tertuju pada kedaan bapakku, aku ingin cepat pulang, aku ingin melihatnya, memastikan kalau bapakku sehat, memastikan beliau seperti sediakala, masih bercerita masih dan aku masih ingin mendengarkan ceritanya.Rasa takut menghantui, muncul perasaan cemas berlebihan "Bagaimana jika bapakku benar-benar sakit dan pergi meninggalkanku" siapa yang akan menasehatiku jika aku salah, siapa yang menjadi tempat sadaran dikala aku dalam kesedihan, siapa yang akan menjadi teman berbagi ceritaku, lalu bagaimana perasaan ibuku.Tubuhku terasa dingin pengen cepat-cepat kutemui dan ku pastikan keadannya.Setelah ujian aku langsung kembali pulang  menuju ke kampungDalam perjalanan pulang aku selalu berdoa agar bapakku masih bisa dan kami bisa melanjutkan cerita yang belum selesai dalam perjalan kemarin, aku masih ingin banyak belajar dari sosok bapak.Ketika kakiku mulai menginjak papan dermaga, setetes air matahpun jatuh, saat itu semua orang kampung melihatku dengan tatapan yang sangat sedih, sapaan yang begitu halus dan sopan. Dalam benakku bertanya-tanya, ada apa dengan bapakku? Kenapa semua orang memandangku dengan muka yang begitu sedih? Adakah yang salah degan diriku ini?Pada saat aku berjalan menuju rumah, langkah kakiku seakan terbang aku tak bisa mengontrol diriku. Setelah sampai depan rumah, pintu rumah pun terbuka lebar, ada banyak orang yang berdatangan. Diriku semakin sedih dan bingung, air mataku kembali menetes dan seakan diriku tak berdaya lagi.Kaki ini mulai melangkah dengan cepat dan menuju kekamar bapakku, hari itu aku melihat bapakku terbaring lemah dan tak berdaya, Ibu yang menyambutku dengan sebuah pelukan hangat yang diselimut dengan rasa sedih dan tangisan air mata.

" Nak bapak sakit"lalu kembali menjawab dengan menguatkan ibu“Bapak bisa disembuhkan ibu yang tenang ya”
Aku kembali lagi melihat bapakku dengan membayangkan, dulu dia begitu kuat, tangguh, bersemangat, ceria suka becanda. Aku pun memeluk dia, tubuhnya dingin, tidak ada gerakan apapun darinya, padahal dulu dia sering merespon pelukanku dengan bersemangat. Kupeluk lagi, kucium keningnya, kucium pipinya hanya satu respon dari bapaku yaitu seyuman.Kubiskan ditelinganyaBapak aku datang, coba bapak buka matanyaAku suda selesai ujian sebentar lagi aku aku tes pakBapak ayo buka matanya.. Ayo pak….Bapaku tetap diam, dia hanya mendengar dan mengeluarkan air mataBapak tidak bisa lagi berbicara, tidak bisa lagi melihatku lagi..Aku kembali lagi membisiknyaBapak lihat aku, ini anakmuSekarang aku datang didekatmuBapak bukalah matamu untukku
Bapak..lihat aku..Sebentar lagi aku akan banggakan keluarga ini dengan keberhasilan ku.Mata masih tetap tertutup, bapak tak bisa lagi membuka matanya dan hanya air matalah yang keluar, kuhapus air matanya yang terus mengalir.Seumur hidupku belum pernah aku melihat bapakku mengeluarkan air matanya dan hari itu baru aku melihatnya, sebuah tanda kasih sayang yang paling tulus dan paling dalam inilah air mata seorang paling bijak, paling tangguh. Air matanya terus mengalir keluarMungkin bapak sudah merasakan kalau dia akan pergi meninggalkan kami. Air mata bapakku terus menerus keluar dan saat itu pula aku kembali menangis Malam itu aku berdoaYa Allah sembuhkanlah bapakku aku pengen banggakan bapakku, berikan aku kesempatan untukku membalasnyaSore itu aku suapin bapakku makan, ya mulai sedikit senang karena bisa makan, hatiku sudah sedikit legah, ada harapan bapakku bisa sembuh lagi.Setengah jam kemudian bapak memuntahkan makanannya, dan muntah lagi tetapi kali ini air bercampur dengan darah. Hari itu aku menangis tersedu-sedu karena belum pernah aku melihat bapak seprti ini, ada sedikit putus asa jika bapak pergi aku juga pengen ikut pergi bersamanya untuk nemanin dia.Dua hari sudah terlewati bapakku tanpa makan tanpa minum, tanpa melihat dan hanya mengeluarkan air mata. Tubuhnya semakin lemah dan badannya semakin dingin. Aku dekati dan kuhapus air matanya yang terus mengalir keluar.Rasa sedih yang tidak bisa kutahan sehingga membuat diriku tak mampu menahan air mataku. Setiap kali aku menghapus air matanya air mataku terus mengalir dan tangisan suaraku selalu ingin mengeras tanpa peduli siapapun yang akan mendengarnya.Senin pukul sebilan pagi bapakku kembali memuntahkan darah lagi, pada saat itulah jantungnya mulai melemah, badannya mulai dingin dan hembusan napasnya pun sudah mulai pelan.

Suara tangisanpun sudah mulai terdengar, aku pun tak kuat seakan tidak kuat lagi menahan kesedihanku. Kuhapus air mata bapakku yang terus mengalir, kupenggang tangannya yang begitu dingin, kembali kupeluk lagi tubuhnya dan saat napasnya pun mulai perlahan-lahan berahir.Surat yasinpun mulai dibacakan. Ayat demi ayat mengantarkan kepergian bapakku hingga napasnya pun berakhir. Matanya tertutup begitu indah., mukanya tersenyum, dan menyisakan air mata dipipinya.Kembali kucium wajahnya…..

Aku tak berdaya menatapnya, jiwahku tak mampu menahan rasa sedih yang begitu mendalam, badanku melemah di saat itu juga seakan-akan aku ikut ingin ikut bersamanya.Aku memnggil-memanggi dia
"Bapakbapak….bapak !!Kenapa kamu begitu cepat pergi meninggalkanku...!!Cita-citaku masih jauh, mimpi belum tercapaiAku butuh tanganmu untuk menjadi penopang masa depankuAku butu nasehatmu untuk bekal kehidupanku..Aku butuh sadaran untuk biar aku tetap kuatKenapa bapak begitu cepat pergi meninggalkanku… Ya Allah kuatkan aku ya Allah..!!Rasanya ini terlalu cepatAku tak menduga kalau bapakku pergi sesingkat dan secepat iniMungkinkah ini cara Allah menguji aku dan keluargaku
Aku melihat ibuku yang begitu sedih, aku pun kembali bangkit dan berusaha untuk menahan semua rasa yang ada. Aku berpura-pura kuat demi menguatkan ibuku. Kupeluk ibuku sambil menahan rasa sedihku.YA ALLAH kuterima cobaanmu dengan ikhlasSemuanya hanyalah milikmu aku pasrahkan kepadamu.Kuatkan ibuku dan keluarga kami ya Allah agar taba dan sabar dalam menghadapi cobaanmu, aku sadar dengan semua yang aku miliki suatu saat pasti akan kembaliBukalah pintu surga bagi bapakku agar dia selalu bahagia dan senang di sana
Ya Allah tempatkanlah dia disisimu
Ya Allah terima kasih Engkau mengambil dengan baik-baik Hari itu aku ikut memandikan jasad bapakku, rasa sedihku menjadi-jadi karena dulu sewaktu aku masih kecil dia yang selalu memandikanku, setiap hari bergantian sama ibu tanpa mengenal lelah. Aku sangat bersuykur karena saat ini aku masih diberi kesempatan untuk memandikan jasad bapakku dan masih menggurus jenazanya hingga ke liang lahatnya.
Hari itu semua kerabat dan keluargaku datang melayat, satu persatu persatu menceritakan kebaikan bapak semasa masih hidup.. saat bapak mau di antar semua keluargaku berkumpul untuk mecium bapakkku... satu persatu keluargaku menesteskan air mata sambil memeluk ibu dan aku..suasana haru pun semakin dalam...aku cium dia yang terahir kalinya...dan yang terahir kalinyapun aku melihatnya..
Ketika bapak di antar ke pemakaman banyak orang ikut mengatarnya, saat itu banyak teman-temanku yang memberikan nasehat dan menghiburku...setelah dimakamkan satu persatu orang meninggalkan kami..dan yang tersisa hanya ibuku, masku, buleku. budekku, kakak iparku dan aku...rasa haru dan sedih saat itu... aku kembali menguatkan ibu untuk kembali ke rumah..saat terkhir yang aku ucapkan"" Selamat jalan bapakku, terima kasih atas jasamu selama ini..bapak sudah membesarkan aku dengan baik.. aku akan selalu mendoakanmu dalam sholatku.. cita-cita dan harapanmu akan ku kejar..semoga bapak selalu melihatku dengan segalah kesusesanku...terimakasih..assalamu alikum,,sambil berjalan dan meneteskan air mata..
Tahun 2008 tepatnya aku di tinggal pergi oleh bapakku untuk selama-lamanya..kini aku kehilangan seorang bapak, aku merasa tak berdaya..semua cita-cita dan harapanku mungkin sulitku ku raih..aku, masku dan ibuku kehilangan satu tumpuan hidup..suaranya tak akan ada lagi.. yang tersisa hanyalah nasehat yang diberikan ke kami...hampir setiap hari  aku menangisi Dia..setiap makan bersama keluarga air mataku selalu jatuh..selalu teringat saat bersamanya..begitu tentram dan bahagia..bapak kalau stiap makan pasti memberikan aku lauk yg itu punya dia..bapakku sangat perhatian kepada kami..bapak selalu bangun dari tidurnya untuk melihatku...dia selalu memberikan aku uang walaupun aku tak memintanya...dia yang menjadi jagoanku ketika aku masih kecil...dia yang menjadi penyemangatku ketika aku uda dewasa..dia banyak memberikan aku nasehat-nasehat biar dimasa depanku bisa mengantikan posisinya...
Seiring berjalannya waktu pengen kuliah..rasa semangatpun mulai ada..tapi sayangnya tidak ada biaya untuk  kuliah.. tapi aku tetap optimis apapun caranya aku harus bisa kulia aku pengen membuktikan ke bapak, perjuangan bapakku tak boleh sia-sia sampai disini.. tidak bergunalah aku jika tidak meneruskan perjuangan bapakku..aku bisa membuktikan itu..setelah ngobrol-ngobrol sama keluarga dan dipikir-pikir aku harus istrahat satu tahun dulu untuk mencari biaya masuk kulia..akupun bertekad untuk mencari pekerjaan ke kota..Pada saat ke kota aku mendengar kabar pengumuman hasil tes beasiswa masuk kuliah disalah  perguruan tinggi ( UNY ) diumumkan dan dulu aku sempat mengikutinya...sebelum bapakku meninggal aku mengikuti tes beasiswa masuk perguruan tinggi tersebut,,itupun  hanya sekedar iseng atau ikut2 teman aja..tapi herannya orang seperti aku, yang otaknya pas-pasan bisa lulus dalam tes beasiswa itu..dan jurusannya apun sulit yaitu jurusan pendidikan kimia... setelah mendengar hasil penguman akupun kaget,, kalau namaku masuk,.. mungkin inilah suatu keberuntungan bagiku..ternyata dibalik cobaan ada hikma dan manafaatnya..Aku bersujud setelah melihat hasil pengumuman itu.. hari itu ibupun aku kabarin kalau aku lulus beasiswa dan bisa kuliah... ibuku menangis sambil memelukku..
Akhir bulan juni 2008 aku harus berangkat kejogja dan harus meninggalkan keluarga..mungkin meninggalkan keluarga suatu hal yang berat, apalagi meninggalkan ibu..rasanya sulit kulakukan.. aku kembali mengingat cerita bapak.. Andaikan hari ini bapak masih ada... bapak akan pergi mengantarku dan sambil jalan-jalan melihat kota-kota besar yang ada dijawa..kepergiaan ku dari kampung halaman ternyata meninggalkan sebuah cucuran air mata bagi keluarga khususnya ibu...ibu yang baru saja ditinggalkan bapak sekarang aku pergi kuliah meninggalkannya..itu rasanya berat sekali...tapi karena demi masa depanku, ibu memberikan aku motivasi dan harapan untuk aku meraihnya..."Terima kasih ya Allah atas Rejekimu ini"...Aku pun meminta doa dan restu sama ibu dan masku,," Ibu jangan sedih, sekarang aku pergi berjuang demi nama keluarga ini"..doakan aku ibu, biar aku bisa mencapai cita-citaku... jagalah aku dalam doamu, agar aku selalu terlindungi...ibu kembali menjawab :" Berngkatlah anakku doaku selalu menyertaimu..aku akan menjagamu seperti kamu masih ada dalam kandungaku"kata-kata ibu menyetuh bangat dan membuatku menangis lagi... akhirnya Ibu dan sekelurgaku mengantrakan aku ke kota...Saat pergi aku cium ibuku dan ku pluk dia.. ibu kembali menyemangatiku..dan malam itu aku berangkat menuju ke kota ternate...
Sesampainya di kota ternate kemudian meneruskan perjanan dari kota ternate menujuke pulau jawa, saat itu  aku naik kapal pelayaran nasional indonesia selama 5 hari 5 malam...sepanjang perjalanan berbagai kota-kota di lewati melalui rutenya...tak ku sangka ternyata aku bisa melihat kota ambon Prov. Maluku, kota bau-bau prov.SUL-TENGGAR, Kota makasar Prov. SEL-SEL dan bahkan sampai ke kota2 besar dipulau Jawa...Allhamdulilla kebanggaan tersendiri buat keluargaku karena dikampung cuman aku yang kuliah di jawa..
Setibanya di pulau jawa kota pertama yang aku injak adalah kota surabaya JATIM..persaanku yang sedih ditutupi dengan rasa gembira, senang yang mungkin tidak bisa di uang kapkan dengan kata-kata..Jawa yang dulunya aku cuman lihat diTV kini mejadi nyata...kereta api yang belum perna aku rasain kini bisa aku naik dan merasakannya...oh inikah namanya kota..hahahahaha..dasar orang pesisir...Bapak punya cerita keliling pulau Halmahera, kini ditrunkan ke aku megelilingi beberapa kota besar... mungkin nasehatnya harus selalu ku ingat sehinnga apa yang aku kerjakan bisa tercapai..amin..
Kota jogja merupakan kota tujuanKu karena aku nanti kuliah disana..dari surabaya menuju kota jogja ternyata perjalananna sangat jauh.. selama perjalanan aku sambil melihat kota yang di lalui kereta akhirna tidak terasa sudah samapi di stasiun Malioboro..
Jogja mengahapus air mataku dari kesedihanku yang mendalam, dan Kampus UNY menjadi harapan masa depanku untuk menjadi seorang sarjana...amin....
Setelah beberapa hari diJogja..akupun harus mempersiapkan diri untuk masuk kampus...DI UNY inilah aku memulai perjuanganku yang baru..Ternyata menjadi seorang mahasiswa itu tidaklah gampang...apalagi latar belakang orang tua cuman petani...semenjak aku menjadi seorang mahasiswa aku sering puasa..kadang malam juga puasa hahahaha...masuk kulia pertama kali rasana pengen memundurkan diri karena jurusan yang aku ambil itu jurusan pendidikan kimia...dan harus banyak mengerjakan laporan pake tulis tangan...tapi karena banyak teman-teman yang suport dan ada rasa semagat dalam diri...ya aku nikmatin aja...dan akhirnya aku bisa jalani itu...
Ditahun pertama tepatnya padabulan ramadhan sangat terasa sedihnya karena kali ini aku tidak berkumpul lagisama ibu maupun bapak...setiap sahur maupun buka puasa aku sering mencucurkan air mata.. karena keingat keluarga di rumah...tapi aku berusaha menjalani itu semua...jika aku kangen aku telpon sama ibu dan masku..mereka selalu memotivasiku.. ya aku tau ibu sangat merindukkaku tapi inilah yang harus aku jalani...
cerita waktu kuliah memang lucu..apalagi akhir bulan.. pasti sudah siap-siap minum air dan puasa..banyak suka dukanya..sering berjalannya waktu tidak terasa4 tahun sudah lamanya aku tidak perna pulang...pada tanggal 28 November 2012 aku di nayatakan lulus dalam ujian skripsi dan menjadi  seorang sarjana pada tanggal 28 desember...Empat setengah tahun aku berjuang untuk menggapai cita2 itu...dan akhirnnya Wisu dapada tanggal 23 Februari 2013...
Gelar Sarjanaku ini ku persembahkan Ibuku dan Almarhum bapakku...muda-mudahan  bapak bisa senang di sana amin...buat bapak aku akan selalu mendoakan mu..kini aku suda memenuhi permintaanmu dan kan ku penuhi janjiku...
Tanggal 29 Maret 2013 aku pulang Ke Kotaku diternate dan melanjutkan perjalanan lagi ke pulau bacan...setibanya di kampung aku merasa bahagia dan bangga karena sepanjang perjalanan dari dermaga ke rumah banyak teman-teman dan keluargaku menyabut aku dengan air mata bahagia....apalagi saat melihat ibu yang aku tinggalin selama 4 tahun...kupeluk dan ku cium dengan tangisan air mata bahagia...semua orang yang disekitarpun ikut terharu dan mencucurkan air mata...." Ibuku bilang"''Kamu suda besar nak.. termaksih nak kamu sudah bikin ibu sama bapak bangga,,walaupun bapak sudah nggak ada tetapi bapak sangat senang sekali dengan keberhasilanmu ini"..seandianya bapak masih ada mungkin sekarang terlihat sangat bahagia.. seperti ibuku...ternyata mereka nggak butu uang.. mereka pengen aku sukses, mereka pengen masa depanku cerah... mungkin terkadang aku menilai mereka salah dengan sikapku,, tapi tujuan mereka sangatlah mulia.. aku dilarang minum-minuman beralkohol agar aku tidak terjerumus ke jalan yang salah...aku tidak tersesat... mereka mengajari hidup dengan contoh mereka bekerja keras...agar kelak aku seperti mereka...
"terima kasih bapak..terima kasih ibuk"Sejenak bersama ibu selama delapan bulan tentulah sangat singkat.. tapi karena pekerjaan menuntut demi mencari masa depanku ibu mengijinkan aku untuk mencari masa depan itu, Kini sudah waktunya aku mencari pekerjaan.. dengan uang pas-pasan aku beranikan diri untuk berangkat lagi ke pulau jawa,  bulan november 2013...aku kembali ke jogja untuk merantau lagi dengan tujuan menjacari rejeki...buat ibuku yang tercinta doakan aku slalu semoga aku cepat mendapatkan pekerjaan... amin...
Buat bapakku semoga kamu selalu tenang disana..aku selalu mendoakanmu...Ucapan bapak tetap ku ingat dan ku jaga...kini nasehatmu menjadikan aku lebih baik....aku pengen sepertimu..jejakmu tak terlupakan oleh semua orang yang kenal denganmu...
Setelah sampai dijogja aku langsung mencari pekerjaan.. banyak lamaran yang aku masukin... tetapi belum-belum juga ada panggilan... selama empat bulan aku belum mendapatkan pekerjaan.. uang juga suda habis terpaksa laptoppun aku gadaikan...Baulan maret 2104 akhirnya aku dapat panggilan interview disalah satu Toko buku terbesar.. Alhamdulillah aku di terima kerja di situ..aku jalani aja pekerjaan itu hinnga sekarang.. kini ibu suda mulai tenang dan senang karena suda memilik emapt cucu...
Buat sahabat-sahabtku ku berbahktilah kepada kedua orang tua kita selagi mereka masih ada...jangan sekali-kali meneteskan air mata mereka..karena dengan merekalah kita ada dan kita bahagia....gunakanlah waktu yang ada untuk memberikana kasih sayang yang kita miliki dengan sepenuhnya..jangan menunda....Semoga cerita singkatku ini bisa bermanfaat bagi teman-teman...amin...bagi teman-teman yang senasib denganku..teruslah berjuang dan berusaha yakinlah bahwa kita bisa mewujudkan keiginan mereka.x
x